Memilih Teman Duduk dan Menyeleksi Sahabat
Allah Ta‘ālā berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka pada pagi dan petang hari dengan mengharap wajah-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena menginginkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsunya dan keadaannya pun melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
As-Sa‘dī raḥimahullāh berkata dalam tafsir ayat ini:
“Di dalamnya terdapat perintah untuk bersahabat dengan orang-orang saleh, serta bersungguh-sungguh dalam menjaga persahabatan dan pergaulan dengan mereka, meskipun mereka adalah orang-orang miskin. Sebab, di dalam persahabatan dengan mereka terdapat manfaat yang tidak terhitung.” (Tafsīr al-Karīm ar-Raḥmān, hlm. 547)
Rasulullah ﷺ bersabda:
ٱلرَّجُلُ عَلَىٰ دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu berada di atas agama sahabat dekatnya. Maka hendaklah setiap dari kalian melihat siapa yang ia jadikan sahabat.”
(Diriwayatkan oleh Abū Dāwūd dalam as-Sunan, no. 4833, dan dinilai hasan oleh al-Albānī dalam as-Silsilah ash–Shaḥīḥah, no. 927).
Abū Sulaimān al-Khaththābī raḥimahullāh berkata:
“Sabda beliau: (ٱلْمَرْءُ عَلَىٰ دِينِ خَلِيلِهِ) (Seseorang itu berada di atas agama sahabat dekatnya) maksudnya adalah: Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang yang agamanya dan amanahnya engkau ridhai. Sebab, jika engkau bersahabat dengannya, ia akan membawamu ke dalam agamanya dan madzhabnya. Maka janganlah engkau tertipu dengan agamamu dan janganlah engkau mempertaruhkan dirimu dengan bersahabat dengan orang yang tidak diridhai dalam agama dan madzhabnya.” (al-‘Uzlah, hlm. 55).
Ibnu Mas‘ūd radhiyallāhu ‘anhu berkata:
ٱعْتَبِرُوا ٱلنَّاسَ بِأَخْدَانِهِمْ، فَإِنَّ ٱلْمَرْءَ لَا يُخَادِنُ إِلَّا مَنْ يُعْجِبُهُ
“Perhatikanlah seseorang dengan melihat siapa teman dekatnya, karena seseorang tidak akan berteman kecuali dengan orang yang ia sukai.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam al-Ibānah al-Kubrā, no. 376).
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَثَلُ جَلِيسِ ٱلصَّالِحِ وَٱلسُّوءِ كَحَامِلِ ٱلْمِسْكِ وَنَافِخِ ٱلْكِيرِ، فَحَامِلُ ٱلْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ ٱلْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu hadiah, atau engkau membeli darinya, atau setidaknya engkau mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu, atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap darinya.”
(Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dalam Shaḥīḥ-nya, no. 5534, dan Muslim dalam Shaḥīḥ-nya, no. 2628, dengan lafal dari al-Bukhārī).
Al-Qādhī ‘Iyādh raḥimahullāh berkata dalam penjelasannya terhadap hadis ini:
“Di dalamnya terdapat perintah untuk menghindari teman-teman yang buruk, menjauhi pergaulan dengan orang-orang jahat, ahli bid‘ah, serta mereka yang suka menggunjing orang lain. Sebab, pengaruh mereka pasti akan merasuk ke dalam diri teman duduknya. Hadis ini juga mengandung anjuran untuk bergaul dengan orang-orang baik, pempelajari ilmu, adab, petunjuk yang baik, dan akhlak yang mulia dari mereka.” (Ikmāl al-Mu‘lim bi Fawā’id Muslim, 8/108).
Oleh karena itu, seorang hamba harus memilih teman duduk yang dapat membantunya dalam kebaikan, karena mereka merupakan faktor terbesar dalam pensucian dan perbaikan jiwanya. Sebaliknya, ia juga harus berhati-hati terhadap teman-teman yang buruk dan rekan-rekan yang rusak, karena mereka lebih berbahaya baginya dibandingkan penyakit gatal yang menular.
Sumber: Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin bin Hamad Al-Badr, ‘Asyru Qawā‘ida fī Tazkiyati an-Nafs, https://www.al-badr.net/ebook/183, Diakses pada 02 Ramadhan 1446 H/ 02 Maret 2025)
Dialihbahasakan oleh: Hafizh Abdul Rohman, Lc
Ini adalah artikel berseri, untuk artikel selanjutnya jika sudah diposting bisa buka di link ini