Pilar-Pilar dalam Membangun Keluarga Muslim: Sebuah Renungan
Saudara-saudaraku… Apa yang membuat sebuah keluarga Muslim itu kuat? Apakah hanya cinta? Apakah hanya nafkah? Tentu tidak. Ada dasar-dasar yang lebih mendalam yang membangun kekuatan rumah tangga dan menjaga keutuhan keluarga. Inilah pilar-pilar yang jika ditegakkan dengan baik, insya Allah, akan mengokohkan hubungan suami istri dan menjauhkan keluarga dari perpecahan.
-
Iman kepada Allah dan Taqwa kepada-Nya
Mari kita mulai dari yang paling utama: iman dan takwa. Pernahkah kita merasa takut akan hari akhir, saat semua amal kita diperlihatkan di hadapan Allah? Itulah ketakwaan—kesadaran bahwa Allah mengetahui segala isi hati, yang menjaga kita dari kezaliman, dari menuntut hak secara berlebihan, dan dari menyakiti pasangan. Sebagaimana Allah berfirman:
ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا – وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Demikianlah diajarkan kepada orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dia yang akan mencukupinya.” (QS. Aṭ–Ṭalāq: 2-3)
Iman ini tumbuh dan semakin kuat dengan ketaatan dan ibadah. Coba bayangkan, sepasang suami istri yang saling menasihati dalam kebaikan, yang saling mengajak untuk mendekat kepada Allah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ – يَعْنِي: رَشَّ عَلَيْهَا الْمَاءَ رَشًّا رَفِيقًا – وَرَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun malam untuk shalat lalu membangunkan istrinya hingga ia pun shalat. Jika istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya dengan lembut. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam untuk shalat lalu membangunkan suaminya hingga ia pun shalat. Jika suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR. Aḥmad, Abū Dāwūd, an-Nasā’ī, dan Ibn Mājah)
Hubungan suami istri bukan sekadar hubungan duniawi, bukan sekadar nafsu atau materi. Ini adalah ikatan ruhani yang luhur, yang akan membawa kebahagiaan dunia dan berlanjut hingga akhirat. Bukankah indah jika hubungan ini bertahan hingga surga? Sebagaimana Allah berfirman:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
“(yaitu) Surga ‘Adn yang mereka memasukinya bersama orang-orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, pasangan-pasangan mereka, dan anak cucu mereka.” (QS. Ar-Ra‘d: 23)
Mengharmoniskan Hubungan dalam Rumah Tangga dengan Sikap Saling Memahami
Saudara-saudaraku yang berbahagia… Rumah tangga yang bahagia adalah yang penuh dengan sikap saling memahami, menghargai, dan selalu mengingatkan dalam kebaikan. Tidak ada yang sempurna, tetapi dengan iman dan takwa sebagai dasar, kita bisa membangun keluarga yang kuat, penuh kasih, dan harmonis, insya Allah.
-
Mengasihi dengan Baik: Memelihara Harmoni dalam Rumah Tangga
Saudaraku, pernahkah kita bertanya, apa yang membuat sebuah hubungan keluarga tetap hangat dan harmonis? Salah satu kuncinya adalah memperlakukan pasangan dengan kebaikan, atau yang dalam Islam disebut sebagai mu‘āsyarah bil-ma‘rūf. Hubungan yang baik ini tak mungkin tercipta jika kita hanya menuntut tanpa memahami hak dan kewajiban masing-masing.
Harapan untuk menemukan “kesempurnaan” dalam diri pasangan atau keluarga mungkin terdengar indah, tetapi kita tahu, tak ada manusia yang sempurna. Bukankah demikian? Kita semua punya kekurangan. Maka, untuk menjaga rumah tangga yang harmonis, kita perlu belajar saling menerima dan memaafkan.
Peran Suami dalam Memelihara Ketenangan dan Berbuat Baik pada Pasangan
Lantas, apa peran seorang suami dalam hal ini? Sebagai kepala keluarga, seorang suami dituntut untuk bersikap bijaksana, tenang, dan memahami bahwa mungkin akan ada ketidaknyamanan atau hal-hal kecil yang kurang sesuai dengan harapannya. Pernahkah kita mendengar hadits Nabi ﷺ ini?
«وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا»
“Perlakukanlah wanita dengan baik, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok pada tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau berusaha meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, ia akan tetap bengkok. Maka perlakukanlah wanita dengan baik.” (HR. Al-Bukhārī dan Muslim)
Kata-kata ini menunjukkan bahwa setiap orang punya keunikan masing-masing, dan suami yang baik adalah dia yang mampu memahami istrinya. Tidak semua hal perlu dijadikan masalah, bukan? Memilih untuk memaafkan dan melupakan kekurangan kecil pasangan akan menjaga suasana rumah tetap damai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Seorang mukmin tidak boleh membenci seorang mukminah (istrinya). Jika ia tidak menyukai satu sifat dari istrinya, ia masih bisa meridhai sifat lain yang ada padanya.” (HR. Muslim)
Saudaraku, hubungan yang indah dalam rumah tangga bukanlah tentang tidak adanya kekurangan, tetapi tentang bagaimana kita bersabar, memaafkan, dan mencari sisi baik dari pasangan kita. Terkadang, Allah menyelipkan kebaikan dalam hal-hal yang pada awalnya terasa sulit kita terima. Sebagaimana firman Allah:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisā’: 19)
Membangun Rumah Tangga dengan Kelembutan
Bagaimana mungkin rumah tangga bisa damai jika kepala keluarga sering marah, mudah curiga, atau tak sabar? Kehangatan dan rasa aman dalam rumah tangga hanya bisa terjaga jika kita mampu bersikap lembut, sabar, dan menghindari prasangka. Terlalu banyak prasangka hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan, dan kecemburuan yang berlebihan sering kali melahirkan kesalahpahaman.
Allah Ta‘ālā berfirman:
وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ
“Dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.” (QS. Aṭ–Ṭalāq: 6)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. at-Tirmiżī, Ibnu Mājah, dan Ibnu Ḥibbān)
Jadi, mari kita bertanya pada diri sendiri, bagaimana kita bisa menjadi sebaik-baik keluarga? Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang selalu berbuat baik kepada keluarga, sehingga rumah tangga kita penuh dengan kasih sayang, kelembutan, dan rasa syukur. Aamiin.
Peran Istri dalam Memelihara Rumah Tangga dan Menjalin Hubungan dengan Baik
Saudariku Muslimah, seorang istri yang bahagia, penyayang, dan penuh ketenteraman adalah dia yang memiliki kehormatan diri (iffah) dan ketakwaan. Ia tahu betul hak-haknya, dan ia tidak melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Sebagai istri yang salehah, ia selalu berusaha mendukung dan memahami suaminya, yang memiliki kewajiban untuk melindungi, menjaga, dan menafkahinya. Maka, ia mematuhi suaminya, menjaga kehormatan dirinya, dan menjaga harta suaminya dengan baik.
Namun, bukankah ini adalah tugas yang besar? Tentu. Tetapi di balik tugas ini ada kemuliaan yang Allah janjikan. Seorang istri yang baik menjalankan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh, merawat dirinya dan keluarganya, sehingga menjadi istri yang salehah, ibu yang penuh kasih sayang, dan pengurus rumah tangga yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Menghargai Kebaikan Pasangan
Ingatlah selalu akan kebaikan yang diberikan oleh suami. Terkadang, kita lupa pada kebaikan kecil yang ia lakukan, bukan? Nabi ﷺ mengingatkan kita untuk tidak mengingkari kebaikan suami. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ باللهِ؟ قَالَ: لَا، يَكْفُرْنَ العَشِيرَ؛ لَوْ أَحْسَنْتَ لإِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku melihat neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang kufur.” Ada yang bertanya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Nabi menjawab, “Tidak, mereka mengingkari kebaikan suami. Jika engkau berbuat baik pada salah seorang dari mereka sepanjang waktu, lalu ia melihat sesuatu yang tidak ia sukai darimu, ia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu.'” (HR. Bukhari)
Renungkan sejenak, betapa pentingnya kita sebagai istri untuk bersikap lembut, memaafkan kesalahan kecil, dan mengabaikan kekhilafan suami. Jangan sampai kita menyakiti suami saat hadir atau mengkhianatinya saat tidak ada.
Menjaga Keharmonisan dengan Saling Menerima
Dengan sikap saling menerima dan memaafkan, insya Allah, kerukunan dalam rumah tangga akan terjaga. Kehidupan rumah tangga yang damai akan terwujud, dan kasih sayang akan mengalir. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
“Setiap wanita yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha padanya, ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim)
Saudaraku, apakah kita tidak ingin kebahagiaan seperti ini? Bertakwalah kepada Allah dalam menjalankan peran kita sebagai istri dan ibu. Dengan tercapainya harmoni dan kesepahaman dalam rumah tangga, kebahagiaan akan terwujud, dan keluarga akan menjadi tempat yang hangat bagi pendidikan anak-anak.
Anak-anak kita akan tumbuh dalam keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pengertian. Di bawah naungan seorang ibu yang penuh perhatian dan ayah yang bijak, mereka akan jauh dari kebisingan pertengkaran dan perselisihan. Bukankah itulah impian setiap orang tua?
Sebagai penutup, mari kita memohon kepada Allah:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk mata, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Penutup
Saudaraku yang dirahmati Allah, mari kita renungkan sejenak: bukankah kebaikan keluarga adalah kunci bagi kebaikan masyarakat? Sulit dibayangkan, bagaimana sebuah komunitas bisa baik jika ikatan keluarganya rapuh. Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang sangat berharga—nikmat berkumpulnya keluarga, nikmat kasih sayang, dan nikmat hubungan erat di antara kita. Allah berfirman:
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Dan Allah menjadikan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, dan menjadikan anak-anak dan cucu-cucu bagimu dari pasangan-pasanganmu, serta memberi rezeki yang baik-baik kepadamu. Maka mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Naḥl: 72)
Bayangkanlah, pasangan suami istri yang memiliki hubungan erat, penuh kasih sayang, dan orang tua yang mendidik anak-anak mereka dengan baik. Inilah gambaran masa depan umat. Namun, saat setan berhasil merusak ikatan keluarga, ia tidak hanya menghancurkan satu rumah tangga saja, tetapi membawa dampak yang lebih besar bagi umat secara keseluruhan.
Semoga Allah merahmati seorang suami yang memiliki akhlak baik, lembut dalam sikap, penuh kasih terhadap keluarganya, namun tetap tegas dalam urusan, tidak menyulitkan, dan tidak mengabaikan tanggung jawab. Dan semoga Allah merahmati seorang istri yang tidak mencari-cari kesalahan, tidak banyak bicara tanpa manfaat, yang salehah, taat, dan menjaga diri serta keluarganya ketika suaminya tidak ada.
Wahai para suami dan istri, wahai saudara-saudaraku kaum Muslimin… Bertakwalah kepada Allah, karena siapa yang bertakwa, Allah akan memberinya kemudahan dalam segala urusannya.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada makhluk terbaik, Nabi kita Muḥammad ﷺ, beserta keluarganya yang suci, istri-istrinya yang mulia, para sahabatnya yang setia, dan semua yang mengikuti jejak beliau hingga akhir zaman.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
“Maha Suci Engkau, ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar selain Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.”
Diadaptasi oleh Hafizh Abdul Rohman, Lc.
Dari kitab al-Bayt as-Sa‘īd wa Khilāf az-Zaujain, karya Ṣāliḥ bin Ḥumayd, yang diakses melalui Aplikasi Maktabah Syāmilah secara daring pada tautan: https://shamela.ws/book/280/28#p1
Ini adalah bagian ke-2 dari artikel berseri, dengan Judul:
Rahasia Kebahagiaan dan Kedamaian Dalam Rumah Tangga Islami
Silakan membaca bagian selanjutnya (bagian ketiga) melalui tautan berikut:
https://sabilunnajah.com/solusi-islami-untuk-menghadapi-konflik-dalam-rumah-tangga/