Menjaga Lentera Ramadhan Tetap Menyala Di Dalam Hati

lentera ramadhan

Menjaga Lentera Ramadhan Tetap Menyala Di Dalam Hati

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Namun, sayang sekali bahwa waktu Ramadhan sudah hampir berakhir.

Apakah kita harus bersedih atau bahagia? Jika kesedihan itu adalah kesedihan yang menunjukkan kepada keimanan, maka itu baik dan terpuji, sebagaimana kesedihan yang dialami oleh para sahabat yang tidak bisa ikut perang Tabuk, karena tidak memiliki kendaraan dan biaya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

﴿وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ قُلۡتَ لَآ أَجِدُ مَآ أَحۡمِلُكُمۡ عَلَيۡهِ تَوَلَّواْ وَّأَعۡيُنُهُمۡ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمۡعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُواْ مَا يُنفِقُونَ﴾

Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”. lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nakharar.” (Qs. At-taubah: 92)

Dan jika kita bahagia karena bersyukur telah diberikan kesempatan untuk beribadah di bulan Ramadhan, maka itu pun terpuji. Sehingga di saat bersamaan kita merasakan kesedihan dan kebahagiaan.

Kita harus segera memuhasabah diri, sebelum Ramadhan ini benar-benar pergi. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang masih tersisa ini. kita tidak boleh kehilangan harapan. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima taubat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

“Setiap anak Adam itu berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah orang yang bertaubat.” (Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2499))

Jadi, jangan lelah untuk terus beribadah dan berlomba-lomba dalam kebaikan, meskipun Ramadhan sudah hampir usai. Mari kita memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala, berazam untuk terus istiqamah dalam beribadah sepanjang hayat, dan berharap agar kita bisa bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan.

Bagi orang yang memiliki ketakwaan, berpisah dengan Ramadhan adalah suatu hal yang tidak mudah, karena ia yakin bahwa bulan ini membawa banyak rahmat dan kesempatan untuk mendekatkan diri dengan Allah.

Semangat ibadah yang sudah kita dapatkan selama bulan Ramadhan ini adalah lentera yang tidak boleh padam. Kita telah menjalani puasa, shalat malam, membaca Al-Quran, bersedekah, dan beragam ibadah lainnya.

Saat melakukan beragam ibadah itu kita benar-benar berharap akan mendapatkan pahala yang berlimpah berupa surga dan ampunan yang akan membuat kita dibebaskan dari neraka. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

Sekarang, saat kita harus berpisah dengan Ramadhan, harus kita ingat bahwa Allah tidak hanya menjadi sembahan kita di bulan Ramadhan, tetapi Allah harus diibadahi sepanjang hayat.

Allah memerintahkan kepada kita agar bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, istiqamah menjaga ketakwaan itu sampai ajal menjemput.

Siapa saja yang ketika sehat dan bugarnya, dia senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah, maka Allah pasti menolong dan meneguhkannya untuk mendapatkan Husnul Khatimah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ﴾

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Ustadz Hafizh Abdul Rohman, Lc

Related posts

Silakan tulis komentar di sini dengan sopan

Tuliskan nama