Syarat-syarat Penting yang Menjadikan Ilmu Memiliki Keutamaan
Nasihat Penting dalam Etika Pendidikan: Untuk Guru dan Murid
Bab Pertama: Tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama serta Keutamaan Mengajarkan dan Mempelajarinya #4
Pendahuluan
Artikel ini merupakan bagian terakhir dari Bab Pertama kitab Tadzkirah as-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Imam Badruddin Ibnu Jama’ah Al-Kinani Asy-Syafi’i. Pada bagian ini, kita akan membahas syarat-syarat penting yang menjadikan ilmu memiliki keutamaan, yakni niat yang benar dan ketulusan dalam menuntut ilmu. Semua keutamaan ilmu yang telah disebutkan tidak berlaku kecuali dengan niat yang murni karena Allah Ta’ala.
Bagian Khusus: Syarat Keutamaan Ilmu
Keutamaan Ilmu bagi Mereka yang Ikhlas
Semua keutamaan ilmu dan ulama yang disebutkan hanya berlaku bagi para ulama yang beramal dengan ilmu mereka, yang jujur, bertakwa, dan meniatkan ilmu hanya untuk mencari wajah Allah Yang Mulia, serta mendekatkan diri kepada-Nya di surga yang penuh kenikmatan. Keutamaan ini bukan untuk mereka yang menuntut ilmu dengan niat buruk, hati yang kotor, atau untuk tujuan duniawi seperti mencari kedudukan, harta, atau membanggakan diri dengan banyaknya pengikut dan murid.
Peringatan Nabi ﷺ tentang Niat yang Buruk dalam Menuntut Ilmu
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يُصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, atau untuk menyaingi para ulama, atau untuk menarik perhatian manusia kepadanya, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi)
Dari beliau ﷺ juga diriwayatkan:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ وَجْهِ اللَّهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu bukan karena Allah, atau meniatkannya bukan untuk mencari wajah Allah, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Tirmidzi)
Akibat Buruk Mencari Ilmu dengan Niat Duniawi
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ تَعَالَى لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ غَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya untuk mencari wajah Allah Ta’ala, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan tujuan duniawi, maka ia tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)
Kisah Orang yang Pertama Kali Diadili pada Hari Kiamat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ:
“Bahwa di antara orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah tiga orang.”
Salah satunya adalah seorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Maka dia akan didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmat Allah kepadanya, kemudian dia mengakuinya. Allah bertanya: “Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Dia menjawab: “Aku mempelajari ilmu karena-Mu dan mengajarkannya, serta aku membaca Al-Qur’an karena-Mu.”
Allah berfirman: “Engkau berdusta. Engkau mempelajarinya agar disebut sebagai seorang alim, dan engkau membaca Al-Qur’an agar disebut sebagai qari’. Dan sungguh, sebutan itu telah diberikan kepadamu.” Maka diperintahkan agar dia diseret dengan wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim dan An-Nasa’i)
Peringatan dari Ulama Salaf tentang Niat yang Salah
Ilmu yang Dipelajari dengan Niat yang Salah
Dari Hammad bin Salamah:
مَنْ طَلَبَ الحَدِيثَ لِغَيْرِ اللَّهِ تَعَالَى مَكَرَ بِهِ
“Barangsiapa yang menuntut hadits bukan karena Allah Ta’ala, maka dia akan diperdaya oleh ilmu itu.”
Peringatan Allah kepada Dawud
Dari Bisyr:
أَوْحَى اللَّهُ إِلَى دَاوُدَ: لَا تَجْعَلْ بَيْنِي وَبَيْنَكَ عَالِمًا مَفْتُونًا فَيَصُدَّكَ بِشَكٍّ عَنْ مَحَبَّتِي. أُولَئِكَ قُطَّاعُ الطَّرِيقِ عَلَى عِبَادِي
“Allah mewahyukan kepada Dawud: Janganlah engkau menjadikan antara Aku dan dirimu seorang alim yang tertipu, karena ia akan menghalangimu dengan keraguannya dari kecintaan-Ku. Mereka adalah perampas jalan di antara hamba-hamba-Ku.”
Kesimpulan
Keutamaan ilmu hanya dapat diraih jika penuntutnya memiliki niat yang benar dan tulus karena Allah. Ilmu yang dikejar untuk tujuan duniawi atau kebanggaan semata tidak hanya menghilangkan keberkahannya, tetapi juga mengundang murka Allah. Oleh karena itu, para penuntut ilmu harus selalu memperbarui niat mereka agar tetap murni dan ikhlas.
Referensi
Kitab Tadzkirah as-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim oleh Imam Badruddin Ibnu Jama’ah Al-Kinani Asy-Syafi’i.
Penyusun
Penerjemah dan Penyesuai Redaksi: Hafizh Abdul Rohman, Lc.
(Dengan penyesuaian redaksi agar lebih mudah dipahami)