Pentingnya Memahami dan Mengamalkan Al-Qur’an
Allah Ta‘ālā berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan-penjelasan tentang petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah [02]: 185)
Allah Ta‘ālā juga berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوالْأَلْبَابِ
“Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Shād [38]: 29)
Keutamaan Membaca dan Merenungkan Al-Qur’an
Membaca dan merenungkan Al-Qur’an adalah pintu hidayah yang paling agung. Al-Qur’an membimbing ke jalan yang paling lurus, mengarahkan kepada amal saleh, serta menjauhkan dari kemungkaran. Ia mengisi hati dengan keimanan, memperkenalkan manusia kepada Rabb-nya, serta menanamkan kecintaan kepada keburuntungan dan kebahagiaan di negeri kemuliaan. Sebaliknya, Al-Qur’an juga memperingatkan akan kerugian dan kesengsaraan di negeri kehinaan dan penyesalan.
Di dalamnya terdapat banyak perumpamaan dan pelajaran yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang berilmu. Seorang yang membaca Al-Qur’an dengan penuh renungan dan pemahaman akan terdorong untuk menaati perintah Allah dan Rasul-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ia akan mengagungkan Allah, mengesakan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa di bulan Ramadan. Selain itu, ia juga akan berlomba-lomba dalam kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunah, semata-mata mengharapkan rahmat dan ridha-Nya.
Allah Ta‘ālā berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 9)
Allah Ta‘ālā juga berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.” (QS. Fāthir [45]: 29-30)
Membaca, merenungkan, dan mengamalkan Al-Qur’an adalah kebiasaan orang-orang beriman, sifat para wali Allah yang saleh, serta sebab datangnya hidayah bagi hamba-hamba yang didekatkan kepada-Nya. Sebaliknya, meninggalkan perenungan terhadap Al-Qur’an dan tidak mengamalkannya adalah ciri orang-orang yang durhaka dan berpaling, serta penyebab kesesatan bagi orang-orang yang sombong dan menyimpang.
Allah Ta‘ālā mencela mereka dengan firman-Nya:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an? Ataukah hati mereka telah terkunci?” (QS. Muḥammad [47]: 24)
Allah Ta‘ālā juga berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu berasal dari selain Allah, pasti mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisā’ [4]: 82)
Allah Ta‘ālā juga berfirman:
قَدۡ كَانَتۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ فَكُنتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡ تَنكِصُونَ ٦٦ مُسۡتَكۡبِرِينَ بِهِۦ سَٰمِرٗا تَهۡجُرُونَ ٦٧ أَفَلَمۡ يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ٦٨
“Ayat-ayat-Ku selalu dibacakan kepada kalian, tetapi kalian selalu berpaling ke belakang (menolaknya). Dengan penuh kesombongan terhadapnya dan berbincang-bincang pada malam hari dengan mengucapkan perkataan yang tidak benar. Maka, apakah mereka tidak merenungkan firman (Allah)? Ataukah telah datang kepada mereka sesuatu yang belum pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu?” (QS. Al-Mu’minūn [23]: 66-68)
Maksudnya, seandainya mereka mau merenungkan Al-Qur’an, niscaya hal itu akan mengantarkan mereka kepada keimanan dan mencegah mereka dari kekufuran serta kedurhakaan. Ini menunjukkan bahwa merenungkan Al-Qur’an akan membimbing kepada segala kebaikan dan menjauhkan dari segala keburukan.
Al-Qur’an: Sebaik-baik Perkataan yang Membuat Hati Takut dan Khusyuk
Allah Ta‘ālā menyebut Al-Qur’an sebagai perkataan yang paling baik. Dia juga mengulang-ulang ayat-ayat-Nya agar dapat dipahami dengan baik. Allah menggambarkan bahwa kulit orang-orang yang beriman akan merinding karena takut dan gentar saat mendengarnya. Kemudian, hati dan kulit mereka menjadi lembut dalam mengingat Allah. Allah Ta‘ālā berfirman:
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (gaya bahasanya) lagi berulang-ulang. Kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka akan merinding karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi lembut dalam mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.” (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Allah juga menegur orang-orang beriman yang tidak khusyuk saat mendengar Al-Qur’an, serta memperingatkan mereka agar tidak menyerupai kaum kafir yang lalai dari peringatan Allah. Allah Ta‘ālā berfirman:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka dalam mengingat Allah dan terhadap kebenaran yang telah diturunkan, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang telah diberi kitab sebelumnya, lalu mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras, dan banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik?” (QS. Al-Ḥadīd [57]: 16)
Al-Qur’an Menambah Keimanan dan Kekhusyukan
Allah Ta‘ālā mengabarkan bahwa Al-Qur’an akan semakin menambah keimanan bagi orang-orang beriman ketika mereka membacanya dan merenungkan ayat-ayatnya. Allah Ta‘ālā berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar, dan apabila ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, bertambahlah keimanan mereka, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfāl [8]: 2)
Allah juga mengabarkan tentang orang-orang saleh dari kalangan Ahli Kitab bahwa ketika Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tersungkur bersujud, menangis, dan bertambah kekhusyukan serta keimanan mereka. Allah Ta‘ālā berfirman:
قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّدٗا ١٠٧ وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولٗا ١٠٨ وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعٗا۩ ١٠٩
“Katakanlah, ‘Berimanlah kalian kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak usah beriman.’ Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi ilmu sebelumnya, apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tersungkur dengan wajah bersujud. Mereka berkata, ‘Mahasuci Tuhan kami, sungguh, janji Tuhan kami pasti terlaksana.’ Dan mereka tersungkur dengan wajah bersujud sambil menangis, dan mereka bertambah khusyuk.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 107-109)
Peringatan dari Allah terhadap Sikap Berpaling dari Al-Qur’an
Allah Ta‘ālā telah memberikan peringatan yang sangat keras kepada hamba-Nya agar tidak berpaling dari Al-Qur’an. Dia menjelaskan bahaya besar dari sikap tersebut serta akibat yang akan ditanggung oleh orang-orang yang menolak menerima dan tunduk kepada Al-Qur’an.
Allah Ta‘ālā berfirman:
وَقَدۡ ءَاتَيۡنَٰكَ مِن لَّدُنَّا ذِكۡرٗا ٩٩ مَّنۡ أَعۡرَضَ عَنۡهُ فَإِنَّهُۥ يَحۡمِلُ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وِزۡرًا١٠٠
“Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu sebuah peringatan (Al-Qur’an) dari sisi Kami. Barang siapa berpaling darinya, maka sesungguhnya dia akan memikul beban (dosa) yang berat pada Hari Kiamat. Mereka kekal dalam keadaan itu, dan alangkah buruknya beban bagi mereka pada Hari Kiamat.” (QS. Thāhā [20]: 99-101)
Jika Al-Qur’an adalah peringatan bagi Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan umatnya, maka sudah sepatutnya kita menerima dan tunduk kepadanya dengan penuh kepatuhan dan penghormatan. Kita harus menjadikannya sebagai cahaya petunjuk menuju jalan yang lurus, mempelajari dan mengajarkannya, serta mengamalkan isinya agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan syafaatnya di akhirat.
Sebaliknya, berpaling dari Al-Qur’an, menolaknya, atau bahkan mengingkarinya adalah bentuk kesesatan, kekufuran, dan kedurhakaan yang akan mendatangkan hukuman. Di dunia, orang yang berpaling dari Al-Qur’an akan hidup dalam kesempitan dan penderitaan. Sementara di akhirat, ia akan dibangkitkan dalam keadaan buta dan dilemparkan ke dalam neraka.
Allah Ta‘ālā berfirman:
فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ ١٢٣ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ ١٢٤ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِيٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ بَصِيرٗا ١٢٥ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتۡكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَاۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلۡيَوۡمَ تُنسَىٰ ١٢٦
“Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Tetapi barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” Dia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkanku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, tetapi kamu melupakannya, maka begitu pula pada hari ini kamu dilupakan.'” (QS. Thāhā [20]: 123-126)
Keutamaan Mengagungkan dan Merenungi Al-Qur’an
Setiap muslim, terutama di bulan yang penuh berkah ini, sepatutnya mengagungkan Al-Qur’an, memberikan penghormatan yang layak, serta membacanya dengan benar. Hal ini dilakukan dengan merenungkan ayat-ayatnya, memahami maknanya secara mendalam, serta mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-‘Allāmah Ibnul Qayyim raḥimahullāh berkata:
“Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati selain membaca Al-Qur’an dengan penuh perenungan dan pemikiran mendalam. Sebab, di dalamnya terkandung seluruh tingkatan perjalanan para pencari kebenaran, kondisi orang-orang yang beramal, serta maqām orang-orang yang mengenal Allah. Al-Qur’an menumbuhkan rasa cinta, rindu, takut, harapan, kembali kepada Allah, tawakal, ridha, pasrah, syukur, dan kesabaran—semua itu adalah keadaan yang menghidupkan dan menyempurnakan hati.
Demikian pula, Al-Qur’an menjauhkan dari semua sifat dan perbuatan tercela yang menyebabkan kebinasaan dan kehancuran hati. Seandainya manusia mengetahui betapa besar manfaat membaca Al-Qur’an dengan penuh perenungan, niscaya mereka akan menyibukkan diri dengannya dan meninggalkan segala hal lainnya.
Jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan tafakkur, lalu menemukan satu ayat yang dibutuhkannya untuk menyembuhkan hatinya, maka ia dapat mengulanginya hingga seratus kali, bahkan sepanjang malam. Membaca satu ayat dengan perenungan dan pemahaman lebih baik daripada menyelesaikan seluruh Al-Qur’an tanpa tadabbur dan pemahaman. Cara ini lebih bermanfaat bagi hati dan lebih mendorong kepada keimanan serta membuat seseorang merasakan keindahan Al-Qur’an.” (Miftāḥ Dār as-Sa‘ādah, 1/187).
Keutamaan Memahami dan Mengamalkan Al-Qur’an
Ucapan Ibnul Qayyim raḥimahullāh di atas mengandung makna yang sangat mendalam dan manfaat yang luar biasa. Siapa pun yang membaca Al-Qur’an dengan cara demikian—merenungi maknanya dan menghayati isinya—akan mendapatkan pengaruh besar darinya serta memperoleh manfaat yang sempurna dari tilawahnya. Dengan itu, ia termasuk dalam golongan orang-orang yang memiliki ilmu dan keimanan yang kokoh. Inilah tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an dan hikmah terbesar di baliknya.
Mengenai hal ini, Syaikhul-Islām Ibnu Taimiyyah raḥimahullāh berkata:
“Tujuan utama dari Al-Qur’an adalah memahami maknanya dan mengamalkannya. Jika seseorang menghafalnya tetapi tidak menjadikannya sebagai tujuan utama dalam hidupnya, maka ia bukan termasuk ahli ilmu dan agama.” (Majmū‘ al-Fatāwā, 5/262)
Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya dalam dada kami, penghilang kesedihan kami, dan pelipur lara kami. Ajarkanlah kepada kami apa yang belum kami ketahui darinya, dan berilah manfaat atas ilmu yang telah Engkau ajarkan kepada kami.
Karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk membacanya dengan baik, merenunginya dengan mendalam, serta mengamalkan perintahnya dan menjauhi larangannya. Angkatlah derajat kami dengannya pada hari kami dihadapkan kepada-Mu. Dan lindungilah kami, ya Allah, dari kelalaian serta sikap berpaling darinya.
Sumber: Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin bin Hamad Al-Badr, Maqālāt Ramadhāniyyah, أَهَمِّيَّةُ فَهْمِ الْقُرْآنِ وَالْعَمَلُ بِهِ, https://www.al-badr.net/muqolat/2514, Diakses pada 21 Sya’ban 1446 H/ 20 Februari 2025)
Dialihbahasakan dengan sedikit penyesuaian oleh: Hafizh Abdul Rohman, Lc