Hamba yang Dicintai Allah: Siapa dan Bagaimana?
Mencapai cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah impian tertinggi bagi setiap mukmin. Cinta ini merupakan sumber kebahagiaan sejati, ketenangan hati, dan kehidupan yang penuh berkah. Namun, bagaimana kita mengetahui apakah kita termasuk hamba yang dicintai Allah atau tidak?
Cinta Allah adalah kedudukan mulia yang diidamkan oleh setiap hamba yang saleh. Ia merupakan kekuatan yang menghidupkan hati, menyinari jiwa, dan memberikan ketenangan batin yang tak tergantikan. Tanpa cinta Allah, hidup seseorang ibarat tubuh tanpa roh, terombang-ambing dalam kegelapan tanpa arah dan tujuan.
A. Tanda-Tanda Hamba yang Dicintai Allah
1. Mengikuti Petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 31)
2. Bersikap rendah hati kepada Mukminin, Tegas terhadap Orang Kafir, Berjihad di Jalan Allah, dan Tidak Takut Selain kepada-Nya
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat-sifat ini dalam satu ayat, yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى المُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ
“Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, bersikap tegas terhadap orang kafir, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut celaan orang yang mencela.” (QS. Al-Ma’idah: 54)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat-sifat kaum yang dicintai-Nya:
- Sifat pertama yang disebutkan adalah tawadhu’ (rendah hati) dan tidak sombong terhadap sesama muslim.
- Mereka mulia di hadapan orang kafir, tidak tunduk atau merendahkan diri kepada mereka.
- Mereka berjihad di jalan Allah, baik melawan setan, orang kafir, orang munafik, atau hawa nafsu sendiri.
- Mereka juga tidak takut celaan orang yang mencela. Ketika mereka melaksanakan perintah agama, mereka tidak peduli dengan orang yang mengejek atau mencela mereka.
3. Melaksanakan Ibadah Sunnah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam sebuah hadis qudsi:
وَمَا زَالَ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Di antara ibadah sunnah adalah shalat sunnah, sedekah, umrah sunnah, haji sunnah, dan puasa sunnah.
4. Mencintai, Saling Mengunjungi, Saling Membantu, dan Saling Menasihati Karena Allah
Sifat-sifat ini disebutkan dalam satu hadis dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau meriwayatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berfirman:
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَنَاصِحِينَ فِيَّ
“Cinta-Ku pasti bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, cinta-Ku pasti bagi orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, cinta-Ku pasti bagi orang-orang yang saling memberi karena Aku, dan cinta-Ku pasti bagi orang-orang yang saling menasihati karena Aku.” (HR. Ahmad)
Arti dari “mutazaawiriina fii” (saling mengunjungi karena Aku) adalah mereka saling mengunjungi karena Allah, untuk mencari ridha-Nya, atau untuk bekerja sama dalam ketaatan kepada-Nya.
Sedangkan “mutabaadziliina fii” (saling berkorban karena Aku) berarti mereka saling berkorban untuk mencari ridha-Nya, baik dalam berjihad melawan musuh-Nya maupun dalam hal-hal lain yang diperintahkan kepada mereka.
5. Ujian dan Cobaan
Musibah dan cobaan adalah ujian bagi hamba, dan merupakan tanda cinta Allah kepadanya. Cobaan ini ibarat obat, yang meskipun terasa pahit, namun diberikan dengan cinta kepada orang yang kita cintai. Dalam hadis yang sahih disebutkan:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka baginya keridhaan; dan barang siapa yang murka, maka baginya kemurkaan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Turunnya cobaan lebih baik bagi seorang mukmin daripada disimpan baginya azab di akhirat. Karena dalam cobaan tersebut, derajatnya diangkat dan dosa-dosanya dihapuskan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia akan mempercepat hukuman baginya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan bagi seorang hamba, Dia akan menahan hukuman darinya karena dosa-dosanya hingga Dia menyempurnakannya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Para ulama menjelaskan bahwa orang yang ditahan darinya hukuman di dunia adalah orang munafik, karena Allah menahan hukuman darinya di dunia sehingga dia akan mendapatkan hukuman penuh atas dosanya di hari kiamat.
B. Buah dari Cinta Allah
Jika Allah mencintaimu, maka jangan tanyakan lagi tentang kebaikan yang akan kamu terima dan keutamaan yang akan kau dapatkan. Cukuplah bagimu untuk mengetahui bahwa kamu adalah “Habiibullah” (kekasih Allah). Di antara buah-buah besar dari cinta Allah kepada hamba-Nya adalah sebagai berikut:
1. Dicintai oleh Manusia dan Diterima di Bumi
Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ العَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ فِي الأَرْضِ
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya, kemudian diberikan penerimaan baginya di bumi.” (HR. Bukhari)
Cinta Allah kepada seorang hamba membuat hamba tersebut dicintai oleh penduduk langit dan bumi. Orang-orang yang dicintai oleh Allah akan mendapatkan penerimaan dan penghormatan di antara manusia.
2. Perlindungan dan Keberkahan dalam Hidup
Dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
“Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku akan menyatakan perang kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, penglihatannya yang ia melihat dengannya, tangannya yang ia memukul dengannya, dan kakinya yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku berikan, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi. Dan tidaklah Aku ragu dalam sesuatu yang Aku lakukan seperti keraguan-Ku dalam mencabut nyawa orang mukmin; ia membenci kematian, dan Aku pun tidak ingin menyakitinya.'” (HR. Bukhari)
Hadis ini mencakup berbagai keutamaan yang luar biasa bagi hamba yang dicintai Allah. Allah melindunginya dari bahaya, menjadikan panca inderanya sebagai sarana untuk kebaikan, serta mengabulkan doa dan permohonannya.
- Pendengarannya digunakan hanya untuk mendengar hal-hal yang baik dan diridhai oleh Allah.
- Penglihatannya digunakan untuk melihat apa yang disukai oleh Allah.
- Tangannya digunakan untuk melakukan perbuatan yang Allah ridai.
- Kakinya digunakan untuk berjalan menuju kebaikan dan ketaatan.
Jika ia memohon kepada Allah, pasti doanya dikabulkan. Jika ia memohon perlindungan, maka Allah akan melindunginya dari segala keburukan.1
Sebagai penutup, memahami cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya sekadar mengetahui tanda-tanda dan ciri-ciri hamba yang dicintai-Nya, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat meraih cinta-Nya melalui amal perbuatan yang ikhlas.
Cinta kepada Allah adalah sumber kehidupan dan kebahagiaan sejati yang memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hati. Dengan mengikuti petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, melaksanakan ibadah sunnah, bersikap rendah hati kepada sesama mukmin, serta bersabar dalam menghadapi ujian, kita bisa mendekatkan diri kepada cinta Ilahi.
Buah dari cinta Allah tidak hanya membawa keberkahan di dunia, tetapi juga menjadi jaminan keselamatan di akhirat.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-hamba yang dicintai oleh Allah dan merasakan manisnya cinta-Nya dalam setiap langkah hidup kita.
Penerjemah dan Penyesuai Redaksi:
Hafizh Abdul Rohman, Lc.
Dialihbahasakan secara bebas dari https://islamqa.info/ar/27232 dengan perubahan.
جزاكم الله خيرا
جزاكم الله خيرا