Makna Nama Allah: Ar-Raḥman dan Ar-Raḥim

arrahman dan arrahim

Makna Nama Allah: Ar-Ramān dan Ar-Raīm

Ar-Ramān (ٱلرَّحْمَٰنُ) dan Ar-Raīm (ٱلرَّحِيمُ) adalah dua nama Allah yang agung dan sangat sering disebut dalam Al-Qur’an. Keduanya berasal dari kata rahmah (رَحْمَة) yang berarti kasih sayang, tetapi masing-masing memiliki cakupan dan bentuk yang berbeda.

  1. Nama Ar-Ramān dalam Al-Qur’an

Nama Ar-Ramān disebut dalam banyak ayat Al-Qur’an, di antaranya:

ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَى

(Allah) Yang Maha Pengasih bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thāhā: 5)

ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱلرَّحْمَٰنُ

Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, (Dialah) Yang Maha Pengasih.” (QS. Al-Furqān: 59)

إِنِّي أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ ٱلرَّحْمَٰنِ

Sesungguhnya aku takut engkau akan ditimpa azab dari (Allah) Yang Maha Pengasih.” (QS. Maryam: 45)

رَبِّ ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ٱلرَّحْمَٰنِ

Rabb langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, (Dialah) Yang Maha Pengasih.” (QS. An-Naba’: 37)

ٱلرَّحْمَٰنُ ١ عَلَّمَ ٱلْقُرْآنَ ٢

(Allah) Yang Maha Pengasih, Dia yang mengajarkan Al-Qur’an.” (QS. Ar-Ramān: 1–2)

Nama Ar-Ramān bersifat umum dan menyeluruh, menunjukkan kasih sayang Allah yang meliputi seluruh makhluk, baik yang beriman maupun yang kafir, baik manusia, hewan, maupun seluruh alam semesta. Nama ini tidak digunakan untuk siapa pun selain Allah karena mencakup sifat kasih sayang yang tak terbatas dan khusus milik-Nya.

  1. Nama Ar-Raīm dalam Al-Qur’an

Nama Ar-Raīm juga sering muncul dalam Al-Qur’an, tetapi penggunaannya berbeda dengan Ar-Ramān. Biasanya muncul dalam tiga pola:

  1. Dalam bentuk terikat (muqayyad)

Contoh:

وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Azāb: 43)

  1. Disebut bersama nama Ar-Ramān, seperti dalam:

Basmalah:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Surat Al-Fātiah:

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

  1. Digandeng dengan nama-nama lainnya, misalnya:

  • ٱلْعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِYang Maha Perkasa, Maha Penyayang
  • ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُYang Maha Pengampun, Maha Penyayang
  • ٱلْبَرُّ ٱلرَّحِيمُYang Maha Baik, Maha Penyayang
  • ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُYang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang

Nama Ar-Raīm menggambarkan kasih sayang khusus Allah kepada orang-orang yang beriman, berupa petunjuk, ampunan, rahmat di dunia, dan keselamatan di akhirat.

Keagungan Dua Nama: Ar-Ramān dan Ar-Raīm

Dua nama Allah ini -Ar-Ramān dan Ar-Raīm- memiliki kedudukan yang sangat agung dan keutamaan yang besar. Keduanya adalah nama yang digunakan Allah untuk membuka Ummul Qur’ān (Surat Al-Fātiah), sekaligus menjadi pengantar dari petunjuk dan cahaya wahyu yang diturunkan-Nya kepada umat manusia. Nama-nama ini juga menjadi bagian dari kalimat yang tidak mampu dikalahkan oleh setan, yaitu basmalah, dan menjadi pembuka surat yang ditulis oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis-salām dalam Al-Qur’an:

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

“Sesungguhnya (surat itu) dari Sulaiman, dan sesungguhnya isinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 30)

Lebih dari itu, malaikat Jibril ‘alaihis-salām senantiasa menyampaikan wahyu kepada Nabi Muammad dengan membaca basmalah sebagai pembuka setiap surat dalam Al-Qur’an -kecuali Surat At-Taubah, yang tidak diawali dengan basmalah. Ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan dua nama tersebut dalam wahyu Ilahi.

Makna Keduanya Jika Disebut Bersama

Nama Ar-Ramān dan Ar-Raīm seringkali disebut secara bersamaan di banyak tempat dalam Al-Qur’an. Meskipun keduanya sama-sama menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat rahmat (kasih sayang), namun jika digabungkan, maknanya menjadi lebih dalam dan luas:

  1. Ar-Ramān bermakna bahwa rahmat adalah sifat Allah yang tetap dan melekat pada Dzat-Nya. Ia Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk tanpa terkecuali, mencakup yang beriman maupun yang kafir, di dunia ini.

  2. Ar-Raīm menunjukkan bahwa Allah Maha Penyayang dalam bentuk tindakan nyata-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, khususnya kaum beriman. Rahmat ini tampak dalam bentuk ampunan, petunjuk, dan pemberian yang mengantarkan mereka kepada keselamatan.

Oleh karena itu, ketika Allah menyebut Ar-Raīm, Dia seringkali menyandingkannya dengan para hamba-Nya yang beriman. Contohnya:

وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

Dan Dia Maha Penyayang terhadap orang-orang beriman.” (QS. Al-Azāb: 43)

إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya Dia Maha Lembut lagi Maha Penyayang terhadap mereka.” (QS. At-Taubah: 117)

Namun, tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan:

  • Ar-Ramān terhadap hamba-hamba-Nya” (رَحْمَٰنٌ بِعِبَادِهِ), atau
  • Ar-Ramān terhadap orang-orang beriman” (رَحْمَٰنٌ بِٱلْمُؤْمِنِينَ),

Hal ini menunjukkan bahwa Ar-Ramān adalah nama yang menunjukkan sifat kasih sayang yang bersifat menyeluruh dan melekat, sedangkan Ar-Raīm menunjukkan perwujudan kasih sayang-Nya yang nyata dalam bentuk pemberian dan perlindungan, khususnya kepada hamba-hamba yang taat dan bertakwa.

Kedalaman Makna Nama Ar-Ramān dan Ar-Raīm

Nama Ar-Ramān (ٱلرَّحْمَٰنُ) berbentuk wazn (pola) fa‘lān (فَعْلَان), yang dalam bahasa Arab menunjukkan sifat yang tetap, melekat, dan sempurna. Artinya, rahmat adalah sifat yang menyatu secara utuh dan sempurna dalam Dzat Allah. Dengan kata lain, Allah adalah Dzat yang sifat-Nya adalah rahmat -rahmat yang sempurna, luas, dan tidak terputus.

Adapun nama Ar-Raīm (ٱلرَّحِيمُ) mengandung makna tindakan nyata dari sifat tersebut, yaitu bahwa Allah benar-benar melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya. Jadi, Ar-Ramān menunjukkan bahwa Allah bersifat Maha Pengasih, sedangkan Ar-Raīm menunjukkan bahwa Allah benar-benar menyampaikan kasih sayang-Nya kepada yang dikehendaki-Nya.

Dalam dua nama ini terkandung bukti nyata tentang kesempurnaan dan keluasan rahmat Allah Subānahu wa Ta‘ālā. Segala bentuk kebaikan, kenikmatan, manfaat, dan kebahagiaan yang terdapat di seluruh alam-baik di langit maupun di bumi- adalah buah dari rahmat-Nya.

Demikian pula, segala bentuk keburukan, bencana, bahaya, dan azab yang berhasil dihindarkan dari makhluk juga merupakan wujud dari rahmat-Nya.

Allah-lah satu-satunya Dzat yang mendatangkan semua kebaikan, dan hanya Dia pula yang dapat menghindarkan keburukan. Dialah yang paling pantas menyandang gelar “Aramur-Rāimīn” (أَرْحَمُ ٱلرَّاحِمِينَ) -Yang Maha Penyayang di antara semua yang memiliki kasih sayang.

Luasnya Rahmat Allah dan Perwujudannya dalam Kehidupan

Rahmat Allah Subānahu wa Ta‘ālā mendahului murka-Nya dan mengalahkan kemurkaan-Nya. Rahmat-Nya sangat jelas dalam ciptaan-Nya, hingga tidak bisa diingkari. Ia memenuhi seluruh penjuru langit dan bumi, dan bahkan mengisi hati makhluk dengan kelembutan dan kasih. Rahmat ini membuat makhluk saling menyayangi satu sama lain -sebuah kasih yang bersumber dari rahmat Allah yang telah disebarkan-Nya kepada mereka dan ditanamkan ke dalam hati mereka.

Bukti kasih sayang ini dapat disaksikan dengan sangat nyata, bahkan pada binatang-binatang yang tidak mengharapkan balasan, manfaat, atau pahala. Seekor induk hewan memperlihatkan kasih sayang yang besar terhadap anaknya, sebagaimana terlihat dari kelembutan, perlindungan, dan kepeduliannya -semua itu adalah tanda nyata dari kasih sayang Sang Pencipta yang begitu luas dan mendalam.

Rahmat Allah juga sangat tampak dalam perintah-perintah dan syariat-Nya. Siapa pun yang menggunakan akal dan pandangan yang jernih, akan menyaksikan bahwa syariat Allah adalah cahaya, rahmat, dan petunjuk. Allah menetapkan hukum-hukum-Nya dengan penuh kasih sayang dan demi maslahat hamba-hamba-Nya. Melalui syariat-Nya, Allah membimbing manusia menuju rahmat yang paling agung: kemuliaan, kebahagiaan, dan keberuntungan yang hakiki.

Syariat yang Allah turunkan penuh dengan kemudahan dan keringanan, jauh dari kesulitan dan beban yang menyulitkan. Semua itu adalah bukti nyata dari keluasan rahmat-Nya, kemurahan-Nya, dan kemuliaan-Nya. Bahkan, larangan-larangan dalam Islam pun merupakan bentuk rahmat, karena bertujuan untuk menjaga agama, akal, kehormatan, tubuh, akhlak, dan harta manusia dari segala bentuk kerusakan dan bahaya. (Lihat: Fatur-Raīm al-Malik al-‘Allām karya Ibnus-Sa‘dī, hlm. 29–30).

Rahmat yang Tak Terhingga dan Balasan bagi yang Bertakwa

Dalam sebuah hadis yang disepakati keshahihannya oleh al-Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Allah hanya menurunkan satu bagian dari rahmat-Nya ke dunia, sementara 99 bagian lainnya disimpan untuk hari kiamat. Dengan satu rahmat itu, manusia, hewan, dan makhluk kecil lainnya bisa saling berbelas kasih. Karena rahmat itulah, makhluk saling menyayangi, saling membantu, bahkan hewan liar pun menunjukkan kasih sayang kepada anak-anaknya, meskipun mereka tidak mengharapkan balasan apa pun.

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah. Lisan manusia tak mampu menggambarkan betapa luasnya rahmat tersebut. Allah Yang Maha Penyayang telah memberikan rahmat yang sangat luas, dan itu adalah karunia murni dari-Nya kepada para hamba-Nya yang beriman.

Allah berfirman:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۖ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلَّذِينَ هُمۡ بِـَٔايَٰتِنَا يُؤۡمِنُونَ

Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan (rahmat itu) bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan mereka yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A‘rāf: 156)

Semakin seorang hamba taat kepada Allah, semakin dekat dan tulus hubungannya dengan-Nya, maka semakin besar pula bagian rahmat yang Allah anugerahkan kepadanya. Allah berfirman:

وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ مُبَٰرَكٞ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Dan inilah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Maka ikutilah ia dan bertakwalah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-An‘ām: 155)

وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَآتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, serta taatilah Rasul, agar kamu dirahmati.” (QS. An-Nūr: 56)

رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا

Wahai Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A‘rāf: 156)

Allah Lebih Penyayang kepada Hamba-Nya daripada Segala Kasih Sayang di Dunia

Allah Subānahu wa Ta‘ālā adalah Dzat yang kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya jauh lebih besar daripada kasih sayang makhluk terhadap sesama mereka, meskipun kasih sayang itu telah mencapai tingkat tertinggi sekalipun. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththāb radhiyallāhu ‘anhu, diceritakan bahwa suatu ketika dibawa tawanan perang kepada Rasulullah , lalu ada seorang wanita dari tawanan itu yang sibuk mencari anaknya. Setiap kali ia menemukan seorang bayi, ia segera mendekapnya ke perutnya dan menyusuinya, dengan penuh kasih sayang seorang ibu yang merindukan anaknya.

Melihat hal itu, Rasulullah bertanya kepada para sahabat:

Apakah kalian mengira wanita ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam api?”

Mereka menjawab:

Tidak, demi Allah. Ia pasti tidak akan tega melakukannya selama ia mampu mencegahnya.”

Maka Rasulullah bersabda:

Sungguh, Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini terhadap anaknya.” (HR. al-Bukhārī no. 5999 dan Muslim no. 2754 -lafaz hadis dari Muslim)

Kasih Sayang Allah Tidak Tertandingi

Rahmat yang paling besar dari makhluk kepada makhluk lain adalah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Itu adalah jenis kasih yang tidak ada bandingannya di antara manusia, karena muncul dari fitrah yang murni dan cinta yang tulus. Namun, Allah lebih penyayang terhadap hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri.

Bahkan, jika dikumpulkan semua kasih sayang dari seluruh makhluk yang penyayang di dunia ini, maka semuanya tidak sebanding sedikit pun dengan kasih sayang Allah, Dzat yang Maha Penyayang dari semua yang memiliki kasih sayang.

Dua Jenis Rahmat Allah

Perlu diketahui bahwa rahmat yang disandarkan kepada Allah Subānahu wa Ta‘ālā terbagi menjadi dua jenis:

    1. Rahmat Umum (الرَّحْمَةُ ٱلْعَامَّة)

Ini adalah rahmat yang Allah sandarkan bersama ilmu-Nya, sebagaimana firman-Nya:

رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا

“Wahai Rabb kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu.” (QS. Ghāfir: 7)

Rahmat ini mencakup seluruh makhluk, tanpa terkecuali -termasuk orang-orang kafir. Ini adalah rahmat fisik dan duniawi, seperti:

  • makanan dan minuman,
  • pakaian dan tempat tinggal,
  • kesehatan dan keselamatan,
  • serta berbagai bentuk kenikmatan hidup lainnya.

Segala sesuatu yang sampai kepada makhluk dari ilmu Allah, maka rahmat-Nya pun sampai kepadanya, karena Allah telah menyandingkan rahmat itu dengan ilmu-Nya. Inilah rahmat yang menyeluruh, diberikan kepada siapa saja di dunia ini, baik mukmin maupun kafir.

    1. Rahmat Khusus (الرَّحْمَةُ ٱلْخَاصَّة)

Rahmat ini khusus diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, dan mencakup:

  • Rahmat iman dan agama,
  • Kebaikan dunia dan akhirat,
  • Taufik untuk taat,
  • Kemudahan dalam kebaikan,
  • Keteguhan dalam iman,
  • Bimbingan menuju jalan yang lurus,
  • Kemuliaan dengan masuk surga,
  • serta keselamatan dari siksa neraka.

Kita memohon kepada Allah Subānahu wa Ta‘ālā agar memasukkan kita dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh melalui rahmat-Nya, dan agar menganugerahkan kepada kita rahmat khusus yang telah Dia tetapkan untuk para wali-Nya yang beriman. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia, dan Dia adalah Yang Maha Penyayang dari semua yang memiliki kasih sayang.

Disusun Oleh: Abu Ayman Hafizh Abdul Rohman, Lc

Rujukan

Fiqhul Asmâ`il Husna. Syaikh Abdur Razzâq bin Abdul Muhsin Al-Badr, 

Klik untuk Download Versi PDF

Related posts

Silakan tulis komentar di sini dengan sopan

Tuliskan nama