Kemuliaan Sifat ‘Iffah (Menjaga Kesucian Diri)
Pendahuluan
‘Iffah atau menjaga kesucian diri adalah salah satu sifat mulia yang diinginkan oleh setiap orang yang beriman. ‘Iffah bukan hanya berarti menjaga diri dari hal-hal haram, tetapi juga berarti menjaga martabat, harga diri, dan kehormatan. Dalam Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala serta Rasul-Nya ﷺ memerintahkan kita untuk bersikap ‘iffah. Dengan ‘iffah, seorang Muslim tidak hanya memperoleh kebaikan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Perintah Allah dan Rasul-Nya ﷺ untuk Menjaga Kesucian Diri
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Dan hendaklah orang-orang yang belum mampu menikah menjaga kesucian dirinya sampai Allah memberi kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (Qs. An-Nur: 33)
Ayat ini mengandung perintah bagi mereka yang belum menikah untuk menjaga kesucian diri, menjauhi perbuatan yang melanggar syariat, dan bersabar sampai Allah memberikan jalan keluarnya.
Rasulullah ﷺ juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمْ: الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ
“Ada tiga golongan yang pasti akan dibantu oleh Allah: seorang mujahid di jalan Allah, seorang budak yang ingin menebus dirinya, dan orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan betapa Allah memberikan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang berusaha menjaga ‘iffah, terutama dalam konteks pernikahan.
Teladan Kesucian Diri dalam Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam
Salah satu kisah terbesar tentang ‘iffah dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Ketika beliau digoda oleh istri Al-Aziz, berbagai alasan bisa saja membuatnya tergoda. Beliau masih muda, seorang pemuda yang memiliki kecenderungan syahwat, dalam keadaan bujangan, seorang asing di negeri orang, dan memiliki paras yang sangat tampan. Namun, Nabi Yusuf ‘Alaihissalam menolak godaan itu dan berkata:
مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Aku berlindung kepada Allah, sesungguhnya tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.” (Qs. Yusuf: 23)
Meskipun menghadapi tekanan besar, Nabi Yusuf tetap memilih untuk menjaga ‘iffah dan kesuciannya. Bahkan ketika diancam penjara, beliau lebih memilih penjara daripada memenuhi keinginan mereka. Nabi Yusuf berkata:
رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ
“Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka.” (Qs. Yusuf: 33)
Hikmah dari ‘Iffah dan Keutamaan Menjaga Diri
Sifat ‘iffah adalah hiasan bagi orang-orang yang mulia. Ia adalah perisai yang melindungi kehormatan, menjaga martabat, dan menjadi benteng dari segala godaan yang mengarah pada dosa. Dalam Islam, mereka yang mampu menjaga diri dari perbuatan dosa dijanjikan kenikmatan besar di akhirat. Sebaliknya, mereka yang tergelincir dalam maksiat hanya akan merasakan kenikmatan sementara yang diikuti dengan penyesalan panjang.
Sebagai contoh lain, mari kita lihat kisah salah satu ulama besar, ‘Urwah bin Zubair. Ketika kakinya harus diamputasi karena penyakit, beliau menolak bius dan tetap dalam kesadaran penuh selama prosedur. Setelah kakinya dipotong, beliau memegang kakinya dan berkata:
“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku kaki ini. Aku bersyukur karena sepanjang hidupku, aku tidak pernah menggunakan kaki ini untuk berjalan menuju hal-hal yang haram.” (Riwayat tentang ‘Urwah bin Zubair)
Mengapa Kita Perlu Menjaga ‘Iffah di Zaman Ini?
Di zaman modern ini, godaan untuk meninggalkan ‘iffah semakin besar. Berbagai hal yang dapat merusak kesucian diri mudah diakses melalui media dan pergaulan. Oleh karena itu, kita sangat memerlukan benteng ‘iffah untuk melindungi hati, pikiran, dan jiwa kita. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita sebuah doa yang sangat baik untuk memohon pertolongan dalam menjaga kesucian diri:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan.” (HR. Muslim)
Penutup
Menjaga ‘iffah adalah tugas setiap Muslim. Dalam dunia yang penuh dengan godaan, sifat ini menjadi kunci bagi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan menjaga ‘iffah, kita bukan hanya menjaga diri dari keburukan, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah, memperoleh perlindungan-Nya, dan meraih kemuliaan di akhirat.
Marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk menjaga ‘iffah dalam setiap keadaan. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian diri dan mendapat pertolongan dari Allah di dunia dan akhirat. Amin.
Dialihbahasakan dan diringkas oleh:
Hafizh Abdul Rohman, Lc
Silakan merujuk kepada sumber asli:
https://www.al-badr.net/muqolat/7665